ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

Activity Based Management (ABM) meliputi seluruh aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi, baik aktivitas produksi, pemasaran, penjualan, administrasi, maupun aktivitas lainnya. ABM dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi, baik organisasi manufaktur maupun organisasi jasa.

  1. Identifikasi Aktivitas: Langkah pertama dalam ABM adalah mengidentifikasi semua aktivitas yang dilakukan dalam suatu organisasi. Aktivitas-aktivitas ini dapat berupa aktivitas produksi, pemasaran, penjualan, administrasi, dan lain sebagainya.
  2. Pengelompokan Aktivitas: Setelah semua aktivitas diidentifikasi, selanjutnya aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik. Misalnya, aktivitas produksi dapat dikelompokkan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, aktivitas pemasaran dapat dikelompokkan berdasarkan jenis produk yang dipasarkan, dan aktivitas penjualan dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah pemasaran.
  3. Penentuan Biaya Aktivitas: Setelah aktivitas-aktivitas dikelompokkan, selanjutnya ditentukan biaya untuk setiap aktivitas. Biaya aktivitas dapat berupa biaya langsung maupun biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dapat dibebankan langsung ke aktivitas tertentu, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dibebankan langsung ke aktivitas tertentu.
  4. Penetapan Harga Pokok Produk atau Jasa: Setelah biaya aktivitas ditentukan, selanjutnya ditetapkan harga pokok produk atau jasa. Harga pokok produk atau jasa adalah jumlah dari biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
  5. Pengukuran Kinerja Aktivitas: Langkah terakhir dalam ABM adalah mengukur kinerja aktivitas. Kinerja aktivitas dapat diukur berdasarkan berbagai indikator, seperti efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Efisiensi adalah rasio antara input dan output, efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan, dan produktivitas adalah rasio antara output dan input.

Secara lebih rinci, ruang lingkup ABM meliputi:

  • Aktivitas produksi: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas produksi, seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas produksi.
  • Aktivitas pemasaran: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas pemasaran, seperti biaya iklan, biaya promosi, dan biaya distribusi. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas pemasaran.
  • Aktivitas penjualan: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas penjualan, seperti biaya gaji tenaga penjual, biaya komisi, dan biaya perjalanan. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas penjualan.
  • Aktivitas administrasi: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya aktivitas administrasi, seperti biaya gaji karyawan administrasi, biaya sewa kantor, dan biaya utilitas. ABM juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas administrasi.

Selain itu, ABM juga dapat digunakan untuk:

  • Menetapkan harga pokok produk atau jasa: ABM dapat digunakan untuk menetapkan harga pokok produk atau jasa dengan lebih akurat, dengan memperhitungkan biaya aktivitas yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
  • Mengukur kinerja aktivitas: ABM dapat digunakan untuk mengukur kinerja aktivitas berdasarkan berbagai indikator, seperti efisiensi, efektivitas, dan produktivitas.
  • Mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah: ABM dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah, sehingga organisasi dapat lebih fokus pada aktivitas yang benar-benar penting.

Dengan demikian, ABM dapat membantu organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas secara keseluruhan, serta meningkatkan profitabilitas.

Definisi
Activity  Based  Management  (ABM)  atau  manajemen  berdasarkan aktivitas  adalah  pendekatan  yang  luas  dan  terpadu  yang  memfokuskan  perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba yang dicapai dengan menyediakan nilai ini (Hansen dan Mowen, 2004 : 487).


ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

Menurut  Mulyadi  (2001 ;  614),  manajemen  berbasis  aktivitas  adalah pendekatan  pengelolaan  terpadu  dan  bersistem  terhadap  aktivitas  dengan  tujuan untuk meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value tersebut. Sedangkan menurut Supriyono (1999 ; 354), manajemen berbasis aktivitas (MBA) adalah suatu disiplin (sistem yang luas dan pendekatan yang terintegrasi) yang  memusatkan  perhatian  manajemen  pada  aktivitas  –  aktivitas  dengan  tujuan untuk  meningkatkan  nilai  yang  diterima  oleh  konsumen  dan  laba  yang  diperoleh dari penyediaan nilai tersebut.

Dari definisi – definisi di atas, dapat diketahui bahwa ABM memiliki dua frasa penting yaitu : Manajemen berbasis aktivitas berfokus kepengelolaan secara terpadu dan bersistem pada aktivitas yang bertujuan meningkatkan customer value dan  laba.  Manajemen  berbasis  aktivitas  berfokus  ke  aktivitas  yaitu  serangkaian kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan penyerahan jasa.

ABM  bertujuan  untuk  meningkatkan customer  value  secara  berkelanjutan dan  penghilangan  pemborosan.  Dengan  hilangnya  pemborosan,  biaya  dapat berkurang,  sehingga  laba  akan  meningkat.  Pemborosan  diakibatkan  oleh  adanya aktivitas  bukan  penambah  nilai  dan  aktivitas  penambah  nilai  yang  tidak dilaksanakan  secara  efisien.  Dengan  demikian,  fokus  ABM  adalah  penyebab terjadinya  biaya  itu  sendiri,  yaitu  dengan  menghilangkan  aktivitas  bukan penambah nilai dan memperbaiki aktivitas penambah nilai yang akibatnya adalah menurunkan biaya dan meningkatkan laba.

Dimensi ABM

Manajemen  berdasarkan  aktivitas  meliputi  penghitungan  biaya  produk atau  Activity  Based  Costing  (ABC)  dan  analisis  nilai  proses  atau  Process  Value Analysis  (PVA).  Jadi,  model  manajemen  berdasarkan  aktivitas  memiliki  dua dimensi : dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya memberikan informasi biaya  mengenai  sumber  daya,  aktivitas,  produk  dan  pelanggan  (dan  objek  biaya lainnya  yang  diperlukan).  Tujuan  dimensi  biaya  adalah  memperbaiki  keakuratan pembebanan  biaya.  Sebagaimana  disebutkan  pada  model  terserbut,  sumber  biaya ditelusuri  pada  aktivitas,  dan  kemudian  biaya  aktivitas  dibebankan  pada  produk dan pelanggan. Dimensi penghitungan biaya berdasarkan aktivitas berguna untuk penghitungan  biaya  produk,  manajemen  biaya  strategis,  dan  analisis  taktis.

Dimensi kedua, dimensi proses, memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan, dan seberapa baik dikerjakannya. Dimensi inilah yang  memberikan  kemampuan  untuk  berhubungan  dan  mengukur  perbaikan berkelanjutan (Hansen dan Moven, 2004: 487).

Dimensi Biaya

Dimensi  biaya  atau  dimensi  ABC  atau  dimensi  vertikal  atau  dimensi pembebanan  biaya  adalah  dimensi  ABM.  Yang  bertujuan  menyempurnakan keakuratan biaya pada objek – objek biaya dengan cara :

  1. Sumber  –  sumber.  Tahap  pertama  ABC  adalah  mengidentifikasi biaya sumber – sumber.
  2. Aktivitas  –  aktivitas.  Tahap  kedua  ABC  adalah  menelusuri  biaya  –  biaya sumber – sumber pada aktivitas – aktivitas.
  3. Objek  biaya.  Tahap  ketiga  ABC  adalah  membebankan  biaya  pada  objek – objek biaya misalnya berbagai produk atau konsumen yang mengkonsumsi aktivitas – aktivitas.

Dimensi Proses

Dimensi proses atau dimensi mendatar atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang mengendalikan aktivitas – aktivitas dengan cara :

  1. Menganalisis  driver  –  driver  biaya.  Analisis  driver  biaya  adalah mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan biaya atau menjelaskan mengapa biaya aktivitas terjadi (analisis driver aktivitas).
  2. Mengidentifikasikan  aktivitas.  Mengidentifikasikan  aktivitas  adalah menilai aktivitas – aktivitas apa yang dilaksanakan.
  3. Menganalisis kinerja. Menganalisis kinerja adalah mengevaluasi aktivitas – aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai seberapa baik kinerja.

Tujuan dan Manfaat ABM

Tujuan  ABM  adalah  untuk  meningkatkan  nilai  produk  atau  jasa  yang diserahkan  ke  konsumen.  Oleh  karena  itu,  dapat  digunakan  untuk  mencapai  laba ekstra dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.

ABM memusatkan pada akuntabilitas aktivitas – aktivitas dan bukan pada biaya, ABM menekankan pada maksimalisasi kinerja secara luas daripada kinerja individual.

Manfaat ABM menurut Supriyono (Supriyono, 1999: 356) adalah :

  • Mengukur  kinerja  keuangan  dan  pengoperasian  (non  keuangan) organisasi dan aktivitas – aktivitasnya.
  • Menentukan  biaya  –  biaya  dan  profitabilitas  yang  benar  untuk  setiap tipe produk dan jasa.
  • Mengidentifikasikan  aktivitas  –  aktivitas  bernilai  tambah  dan  tidak bernilai tambah.
  • Mengelompokkan aktivitas – aktivitas (faktor – faktor yang men-driver biaya – biaya) dan mengendalikannya.
  • Mengefisiensikan  aktivitas  bernilai  tambah  dan  mengeliminasi aktivitas – aktivitas tak bernilai tambah.
  • Menjamin  bahwa  pembuatan  keputusan,  perencanaan,  dan pengendalian  didasarkan  pada  isu  –  isu  bisnis  yang  luar  dan  tidak semata berdasarkan pada informasi keuangan.
  • Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan konsumen.

REFERENSI

  • Kaplan, R. S., & Cooper, R. (2008). Activity-Based Management: A Practical Guide to Improving Performance. Harvard Business Review Press.
  • Noreen, E., DeCoster, J. L., & Matsumoto, J. T. (2003). Activity-Based Costing and Management. McGraw-Hill Education.
  • Tracy, J. A. (2011). Activity-Based Management for Dummies. John Wiley & Sons.
  
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...