Model Risiko Audit

Model Risiko Audit

Model Risiko Audit

Model Risiko Audit adalah kerangka kerja yang digunakan auditor untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Model ini terdiri dari tiga komponen utama:

  1. Risiko Bawaan (Inherent Risk): Risiko salah saji material dalam suatu asersi karena sifat bisnis dan industri klien.
  2. Risiko Pengendalian (Control Risk): Risiko salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi oleh pengendalian internal klien.
  3. Risiko Deteksi (Detection Risk): Risiko auditor gagal mendeteksi salah saji material dalam suatu asersi selama audit.

Rumus Model Risiko Audit:

Risiko Salah Saji Material= Risiko Bawaan x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi

Penggunaan Model Risiko Audit:

Auditor menggunakan Model Risiko Audit untuk:

  • Menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
  • Menentukan luas dan sifat prosedur audit yang akan dilakukan.
  • Menilai kecukupan bukti audit yang dikumpulkan.
  • Menarik kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan.

Contoh:

Misalkan auditor menilai risiko bawaan untuk asersi saldo kas sebagai sedang, risiko pengendalian sebagai rendah, dan risiko deteksi sebagai tinggi. Dalam hal ini, risiko salah saji material untuk asersi saldo kas akan menjadi:

Risiko Salah Saji Material = 0,5 (Risiko Bawaan) x 0,2 (Risiko Pengendalian) x 0,8 (Risiko Deteksi) = 0,08

Risiko salah saji material sebesar 8% menunjukkan bahwa auditor yakin terdapat risiko yang relatif rendah bahwa salah saji material akan terjadi dalam asersi saldo kas.

Pentingnya Model Risiko Audit:

Model Risiko Audit sangat penting karena memungkinkan auditor untuk:

  • Menilai risiko salah saji material secara objektif dan sistematis.
  • Mengalokasikan sumber daya audit secara efektif dan efisien.
  • Meningkatkan kualitas audit dengan memastikan bahwa prosedur audit yang tepat dilakukan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komponen Model Risiko Audit:

Risiko Bawaan:

  • Sifat bisnis klien
  • Industri klien
  • Kompleksitas transaksi klien
  • Stabilitas keuangan klien
  • Riwayat kepatuhan klien

Risiko Pengendalian:

  • Efektivitas pengendalian internal klien
  • Kualitas sistem akuntansi klien
  • Kompetensi dan integritas manajemen klien
  • Ukuran dan kompleksitas klien

Risiko Deteksi:

  • Sifat prosedur audit yang dilakukan
  • Kompetensi dan pengalaman auditor
  • Waktu yang dialokasikan untuk audit
  • Tingkat materialitas yang digunakan

Penggunaan Model Risiko Audit dalam Praktik:

Dalam praktiknya, auditor menggunakan Model Risiko Audit sebagai berikut:

  1. Menilai Risiko Salah Saji Material: Auditor menilai risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi untuk setiap asersi dalam laporan keuangan.
  2. Menentukan Luas Prosedur Audit: Berdasarkan penilaian risiko salah saji material, auditor menentukan luas prosedur audit yang akan dilakukan. Misalnya, jika risiko salah saji material tinggi, auditor akan melakukan prosedur audit yang lebih luas.
  3. Mengevaluasi Bukti Audit: Auditor mengevaluasi kecukupan dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Bukti audit yang lebih kompeten diperlukan untuk mengurangi risiko deteksi.
  4. Menarik Kesimpulan: Berdasarkan hasil prosedur audit dan evaluasi bukti audit, auditor menarik kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan.

Manfaat Model Risiko Audit:

  • Meningkatkan kualitas audit dengan memastikan bahwa prosedur audit yang tepat dilakukan.
  • Membantu auditor mengalokasikan sumber daya audit secara efektif dan efisien.
  • Memberikan dasar yang objektif dan sistematis untuk menilai risiko salah saji material.
  • Meningkatkan komunikasi antara auditor dan manajemen klien tentang risiko audit.

Dengan menggunakan Model Risiko Audit, auditor dapat melakukan audit yang lebih efektif dan efisien, sehingga meningkatkan kualitas laporan keuangan dan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 312 (PSA No. 25) mengatakan bahwa :

“Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal – hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
Cara auditor untuk menangani masalah resiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti, terutama adalah dengan menggunakan model resiko audit. Penlaahan seksama dari model resiko aduit diperlukan untuk mengerjakan audit secara efektif. Model resiko audit digunakan untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus. Model resiko audit menurut Arens, Elder & Beasley (2003;353) adalah sebagai berikut :
  1. Resiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk / PDR) adalah resiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.
  2. Resiko bawaan (Inherent Risk / IR) adalah penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.
  3. Resiko pengendalian (Control Risk / CR) adalah ukuran penentapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien.
  4. Resiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk / AAR) adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Artikel Terkait Lainnya
Untuk tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (acceptable) untuk asersi saldo akun yaitu ; semakin tinggi risiko deteksi, semakin terbatas prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor terhadap asersi yang bersangkutan (asersi saldo akaun) dan semakin rendah tingkat keandalan bukti audit yang diperlukan oleh auditor. Sebaliknya, semakin rendah risiko deteksi, semakin luas prosedur audit yang ditempuh oleh auditor dan semakin tinggi kompetensi bukti audit yang diperlukan oleh auditor. Hal ini karena:
  • Risiko deteksi yang tinggi menunjukkan bahwa auditor yakin dapat mendeteksi salah saji yang material, sehingga mereka dapat membatasi prosedur audit mereka dan mengandalkan bukti audit yang kurang kompeten.
  • Risiko deteksi yang rendah menunjukkan bahwa auditor tidak yakin dapat mendeteksi salah saji yang material, sehingga mereka perlu memperluas prosedur audit mereka dan mengandalkan bukti audit yang lebih kompeten.

Dengan demikian, tingkat risiko deteksi mempengaruhi:

  • Luas prosedur audit: Risiko deteksi yang lebih rendah memerlukan prosedur audit yang lebih luas.
  • Kompetensi bukti audit: Risiko deteksi yang lebih rendah memerlukan bukti audit yang lebih kompeten.
 
RESIKO DETEKSI
Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
Tinggi
Periksa secara selintas (scan) rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien mengenai keakuratan matematis yang terdapat di dalamnya
Moderat
Lakukan review terhadap rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien dan lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta keakuratan matematis
Rendah
Buatlah rekonsiliasi bank dengan menggunakan rekening koran yang diperoleh dari klien dan lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta keakuratan matematis
Sangat rendah
Mintalah rekening koran bank secara langsung dari bank, buatlah rekonsiliasi bank, lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta keakuratan matematis

Keterbatasan Model Risiko Audit:

Meskipun Model Risiko Audit adalah alat yang berharga, terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:

  • Subjektivitas: Penilaian risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi bersifat subjektif dan dapat bervariasi antar auditor.
  • Data yang Tidak Lengkap: Auditor mungkin tidak memiliki akses ke semua informasi yang diperlukan untuk menilai risiko secara akurat.
  • Perubahan Kondisi: Risiko dapat berubah selama audit, dan Model Risiko Audit mungkin tidak dapat menangkap perubahan ini secara tepat waktu.
  • Kompleksitas: Model Risiko Audit bisa jadi kompleks dan sulit diterapkan, terutama untuk audit yang besar dan kompleks.

Cara Mengatasi Keterbatasan:

Untuk mengatasi keterbatasan ini, auditor dapat:

  • Menggunakan pendekatan berbasis tim untuk penilaian risiko, yang melibatkan beberapa auditor dengan perspektif berbeda.
  • Mendapatkan bukti audit tambahan untuk mendukung penilaian risiko.
  • Memantau risiko secara berkelanjutan selama audit dan menyesuaikan prosedur audit sesuai kebutuhan.
  • Menggunakan alat dan teknik audit yang canggih untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penilaian risiko.

Perkembangan Model Risiko Audit:

Model Risiko Audit telah berkembang secara signifikan selama bertahun-tahun. Berikut adalah beberapa perkembangan utama:

  • COSO Framework: Pada tahun 1992, Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) menerbitkan Internal Control – Integrated Framework, yang memberikan kerangka kerja komprehensif untuk pengendalian internal. Kerangka kerja ini telah banyak digunakan oleh auditor untuk menilai risiko pengendalian.
  • ISA 315 (Revised): Pada tahun 2016, International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) merevisi International Standard on Auditing (ISA) 315, yang memberikan panduan tentang bagaimana auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material. Revisi ini memperkuat fokus pada pendekatan berbasis risiko untuk audit.
  • SAS 122: Pada tahun 2017, American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menerbitkan Statement on Auditing Standards (SAS) 122, yang menggantikan SAS 112. SAS 122 memperluas persyaratan untuk penilaian risiko auditor dan menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif dalam menilai risiko.
  • Teknologi Audit: Perkembangan teknologi audit telah mempermudah auditor untuk mengumpulkan dan menganalisis data, yang pada gilirannya telah meningkatkan efektivitas penilaian risiko. Misalnya, auditor sekarang dapat menggunakan perangkat lunak analitik data untuk mengidentifikasi tren dan anomali dalam data keuangan.

Tren Masa Depan:

Di masa depan, Model Risiko Audit kemungkinan akan terus berkembang seiring dengan perubahan lanskap bisnis dan audit. Beberapa tren yang mungkin terjadi meliputi:

  • Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI): AI dapat digunakan untuk mengotomatiskan tugas-tugas penilaian risiko tertentu, seperti mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa atau menilai efektivitas pengendalian internal.
  • Fokus pada Risiko Berkelanjutan: Auditor semakin fokus pada pemantauan risiko secara berkelanjutan selama audit, yang memungkinkan mereka untuk merespons perubahan risiko secara tepat waktu.
  • Integrasi dengan Teknologi Blockchain: Teknologi blockchain dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dan keandalan data keuangan, yang dapat memfasilitasi penilaian risiko yang lebih akurat.

Dengan perkembangan ini, Model Risiko Audit akan terus menjadi alat penting bagi auditor untuk melakukan audit berkualitas tinggi dan meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

Model Risiko Audit adalah alat penting yang membantu auditor menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan dan merencanakan serta melaksanakan audit secara efektif. Meskipun terdapat beberapa keterbatasan, Model Risiko Audit tetap menjadi dasar yang kuat untuk melakukan audit berkualitas tinggi. Dengan mengatasi keterbatasan ini, auditor dapat meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kepercayaan pengguna laporan keuangan.

REFERENSI

  • American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2017). Statement on Auditing Standards (SAS) No. 122: The Auditor’s Responsibilities Relating to the Assessment of Risk and the Design and Performance of the Audit.
  • Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2019). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach (16th ed.). Pearson.
  • Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2018). Fraud Risk Management Guide.
  • Institute of Internal Auditors (IIA). (2017). The Three Lines of Defense in Internal Control.
  • International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). (2016). ISA 315 (Revised): Identifying and Assessing the Risks of Material Misstatement.
  • International Organization of Securities Commissions (IOSCO). (2019). Guidance on Risk Assessment for Auditors of Listed Entities.
  • Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). (2019). Auditing Standard No. 5: An Audit of Internal Control Over Financial Reporting That Is Integrated with an Audit of Financial Statements.
  • Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2019). Accounting Information Systems (14th ed.). Cengage Learning.
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...