Konsep – Konsep Dasar Struktur Pengendalian Intern (SPI)

Konsep – Konsep Dasar Struktur Pengendalian Intern (SPI)

Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan entitas akan tercapai. Tujuan entitas tersebut meliputi:

  • Keandalan pelaporan keuangan: SPI dirancang untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang disampaikan oleh entitas tersebut dapat dipercaya dan akurat. Hal ini mencakup proses audit internal yang memeriksa dan memvalidasi data keuangan, serta penerapan prinsip akuntansi yang konsisten dan tepat.
  • Efektivitas dan efisiensi operasi: SPI bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional entitas. Ini melibatkan identifikasi dan mitigasi risiko yang terkait dengan operasi entitas, optimalisasi proses bisnis, alokasi sumber daya yang tepat, dan penerapan praktik manajemen yang baik untuk mencapai tujuan operasional secara efisien.
  • Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku: SPI juga bertujuan untuk memastikan bahwa entitas tersebut mematuhi semua hukum, peraturan, dan standar yang berlaku dalam lingkungan operasinya. Ini mencakup pemantauan perubahan regulasi, implementasi kebijakan kepatuhan, pelatihan karyawan tentang kepatuhan, dan penerapan kontrol internal untuk memastikan bahwa entitas tersebut beroperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

SPI berfungsi sebagai kerangka kerja yang menyeluruh untuk mengelola risiko, memastikan akuntabilitas, dan meningkatkan kinerja entitas secara keseluruhan. Dengan menerapkan SPI yang efektif, entitas dapat mencapai tujuan mereka dengan lebih baik sambil meminimalkan risiko yang terkait dengan operasi mereka.

Ada empat konsep dasar yang mendasari telaah atas struktur pengendalian intern dan penetepan risiko pengendalian, diantaranya tanggung jawab manajemen, kepastian yang wajar, keterbatasan yang melekat (inhern), dan metode pengendalian data.

##Tanggung jawab Manajemen

Manajemen, dan bukan auditor yang harus menyusun dan memonitor struktur pengendalian internnya. Konsep ini sesuai dengan ketentuan yang menyatakan bahwa manajemen, dan bukan auditor yang bertanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Manajemen memiliki tanggung jawab utama untuk:
  • Menyusun dan Memantau Pengendalian Intern:
    • Manajemen bertanggung jawab untuk merancang, menerapkan, dan memantau struktur pengendalian intern yang efektif untuk menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pelaporan keuangan dan operasional tercapai.
  • Menyusun Laporan Keuangan:
    • Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

Peran Auditor

Auditor independen memiliki tanggung jawab untuk:

  • Mengevaluasi Pengendalian Intern:
    • Auditor mengevaluasi pengendalian intern untuk menentukan apakah pengendalian tersebut dirancang dan dioperasikan secara efektif untuk mencegah atau mendeteksi kesalahan material dalam laporan keuangan.
  • Menyampaikan Pendapat:
    • Auditor menyampaikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan berdasarkan hasil evaluasi mereka terhadap pengendalian intern dan prosedur audit lainnya.

Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas menyatakan bahwa manajemen bertanggung jawab atas penyajian laporan keuangan yang wajar. Auditor tidak membebaskan manajemen dari tanggung jawab ini. Sebaliknya, auditor memberikan jaminan independen atas kewajaran laporan keuangan.

##Kepastian yang Wajar

Suatu perusahaan harus mengusahakan struktur pengendalian intern yang memberikan kepastian yang wajar tetapi bukan mutlak, bahwa laporan keuangannya telah disajikan dengan wajar. Struktur pengendalian intern disusun oleh manajemen setelah mempertimbangkan baik biaya maupun manfaat pengendalian tersebut. Seringkali, manajemen enggan untuk menerapkan sistem pengendalian yang ideal karena biayanya mungkin terlalu tinggi. Sebagai contoh, auditor tidak selayaknya mengharapkan manajemen dari perusahaan kecil untuk mempekerjakan beberapa personil tambahan pada bagian akuntansi bila hanya untuk perbaikan kecil saja pada penyediaan data akuntansi yang lebih terhandalkan. Adakalanya, jauh lebih murah jika auditor menyelenggarakan pemeriksaan yang lebih luas daripada harus mengeluarkan biaya pengendalian intern yang tinggi.

##Keterbatasan yang Melekat (Inhern)

Struktur pengendalian intern tidak dapat dianggap sepenuhnya efektif, meskipun telah dirancang dan disusun dengan sebaik-baiknya. Bahkan, meskipun sistem yang ideal telah dirancang, keberhasilannya tetap bergantung pada kompetensi dan kehandalan oleh pelaksananya. Sebagai contoh, misalkan prosedur penghitungan persediaan telah disusun dengan seksama dan dibutuhkan dua orang karyawan yang harus menghitung secara terpisah. Apabila kedua karyawan yang bertugas tidak memahami petunjuk-petunjuk yang mereka terima, atau keduanya bekerja ceroboh, penghitungan persediaan itupun cenderung tidak benar. Bahkan apabila hasil penghitungan itu benar, manajemen mungkin mengabaikan prosedurnya dan memerintahkan karyawannya untuk menaikkan jumlah perhitungan barang-barang yang telah dibuat, untuk menaikkan laba yang dilaporkan. Sama halnya bila karyawan yang bersangkutan, mungkin dengan sengaja menaikkan jumlah perhitungannya untuk menutupi pencurian barang-barang tersebut oleh salah seorang atau keduanya.Inilah yang disebut persekongkolan (collusion). Karena keterbatasan yang melekat pada struktur pengendalian tersebut dan arena auditor tidak dapat mengharapkan kepastian yang wajar dari keefektifannya, maka kepercayaan tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada beberapa tingkat risiko pengendalian. Karena itu, untuk merancang sistem pengendalian intern yang efektif, auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dalam menguji pengendalian intern. Selalu ada kemungkinan bahwa sistem pengendalian tidak dapat melacak seluruh kesalahan yang material.

##Metode Pengolahan Data

Konsep pengendalian intern berlaku sama dengan sistem maupun manual komputerisasi (EDP). Terdapat perbedaan besar antara sistem manual yang sederhana bagi sebuah perusahaan kecil dan sistem EDP yang sangat rumit untuk perusahaan industri bertaraf internasional. Meskipun demikian, tujuan pengendalian intern adalah sama.

Konsep dasar dari Struktur Pengendalian Intern (SPI) mencakup prinsip-prinsip dan elemen-elemen yang mendasari implementasi SPI di dalam suatu organisasi. Berikut adalah beberapa konsep dasar SPI yang penting:

  1. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi: Kepemimpinan yang kuat dan budaya organisasi yang mendukung integritas, etika, dan kepatuhan adalah fondasi SPI yang efektif. Kepemimpinan yang bertanggung jawab memegang peranan penting dalam mengatur dan memelihara budaya tersebut.
  2. Penilaian Risiko: Identifikasi, evaluasi, dan mitigasi risiko merupakan langkah kunci dalam SPI. Organisasi harus mampu mengidentifikasi risiko-risiko yang relevan dengan mencakup aspek keuangan, operasional, dan kepatuhan.
  3. Kontrol Internal: Kontrol internal adalah mekanisme yang digunakan untuk mengelola risiko dan mencapai tujuan organisasi. Ini meliputi kebijakan, prosedur, dan praktik yang dirancang untuk memastikan keandalan pelaporan keuangan, efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
  4. Informasi dan Komunikasi: Komunikasi yang efektif dan akses yang tepat terhadap informasi penting merupakan aspek penting dari SPI. Informasi yang relevan harus tersedia untuk semua pihak yang terlibat dalam proses pengendalian intern.
  5. Pemantauan dan Evaluasi: Organisasi harus secara teratur memantau dan mengevaluasi efektivitas SPI mereka. Ini melibatkan pengawasan secara berkala, penilaian kinerja, dan tindakan perbaikan yang diperlukan untuk memperbaiki kelemahan dan memperkuat SPI.
  6. Kepatuhan dan Etika: Kepatuhan terhadap hukum dan standar etika yang tinggi merupakan bagian integral dari SPI. Organisasi harus memastikan bahwa semua aktivitas mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mematuhi standar etika yang relevan.
  7. Adaptabilitas dan Perubahan: SPI harus dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Organisasi harus responsif terhadap perubahan regulasi, teknologi, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi operasi mereka.

Melalui pemahaman dan penerapan konsep-konsep dasar ini, organisasi dapat membangun dan memelihara SPI yang kuat dan efektif untuk mencapai tujuan mereka dengan lebih baik dan meminimalkan risiko yang terkait dengan operasi mereka.

Komponen SPI

SPI terdiri dari lima komponen utama, yaitu:

  1. Lingkungan Pengendalian: Merupakan dasar dari semua komponen SPI lainnya. Lingkungan pengendalian meliputi budaya etika dan integritas, komitmen manajemen terhadap pengendalian internal, struktur organisasi, dan filosofi dan gaya operasi manajemen.
  2. Penilaian Risiko: Merupakan proses identifikasi dan analisis risiko yang relevan dengan pencapaian tujuan entitas.
  3. Aktivitas Pengendalian: Merupakan kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memitigasi risiko yang telah diidentifikasi. Aktivitas pengendalian dapat berupa pengendalian preventif, detektif, dan korektif.
  4. Informasi dan Komunikasi: Merupakan proses pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi yang relevan dengan pengendalian internal. Informasi dan komunikasi yang efektif sangat penting untuk memastikan bahwa semua personel memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam pengendalian internal.
  5. Pemantauan: Merupakan proses evaluasi efektivitas SPI secara berkelanjutan. Pemantauan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti audit internal, tinjauan manajemen, dan pemantauan berkelanjutan.

Manfaat SPI

SPI yang efektif dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi entitas, antara lain:

  • Meningkatkan keandalan pelaporan keuangan.
  • Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi.
  • Meningkatkan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
  • Meningkatkan tata kelola perusahaan.
  • Meningkatkan nilai entitas.

Kerangka Kerja SPI

Terdapat beberapa kerangka kerja SPI yang dapat digunakan oleh entitas, antara lain:

  • COSO Internal Control – Integrated Framework (2013).
  • Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).
  • The Institute of Internal Auditors (IIA).
  • The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE).

SPI merupakan elemen penting dalam tata kelola perusahaan yang efektif. SPI yang efektif dapat membantu entitas mencapai tujuannya dan meningkatkan nilai entitas.

REFERENSI

  • AICPA. (2017). Internal Control: A Framework for Audit Efficiency.
  • American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). (2013). Generally Accepted Auditing Standards (GAAS).
  • Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). (2013). Internal Control – Integrated Framework.
  • Financial Reporting Council (FRC). (2014). Guidance on Risk Management, Internal Control and Related Financial and Business Reporting.
  • International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). (2016). International Standards for Supreme Audit Institutions (ISSAI): Implementation Guidelines for Internal Control Standards.
  • The Institute of Internal Auditors (IIA). (2017). International Professional Practices Framework (IPPF).
  • Turnbull Report. (1999). Internal Control: Guidance for Directors on the Combined Code.
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...