Metode Fenomenologi Ala Alfred Schutz


Fenomenologi secara umum dikenal sebagai pendekatan yang dipergunakan untuk membantu memahami berbagai gejala atau fenomena sosial dalam masyarakat. Bertitik pangkal pada pemikiran Schutz yang menekankan pada penelitian sosial.

Alfred Schutz merupakan orang pertama yang mencoba menjelaskan bagaimana fenomenologi dapat diterapkan untuk mengembangkan wawasan ke dalam dunia sosial. Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadaran orang lain, akan tetapi ia hidup dalam aliran kesadaran diri sendiri. Perspektif yang digunakan oleh schutz untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif. Yang dimaksud dengan dunia intersubyektif ini adalah kehidupan-dunia (life-world) atau dunia kehidupan sehari-hari (Ritzer dan Goodman, 2007:94).

Schutz adalah salah seorang perintis pendekatan fenomenologi sebagai alat analisa dalam menangkap segala gejala yang terjadi di dunia ini. Selain itu Schutz menyusun pendekatan fenomenologi secara lebih sistematis, komprehensif, dan praktis sebagai sebuah pendekatan yang berguna untuk menangkap berbagai gejala (fenomena) dalam dunia sosial. Dengan kata lain, buah pemikiran Schutz merupakan sebuah jembatan konseptual antara pemikiran fenomenologi pendahulunya yang bernuansakan filsafat sosial dan psikologi dengan ilmu sosial yang berkaitan langsung dengan manusia pada tingkat kolektif, yaitu masyarakat.

Pemikiran fenomenologi dari Alfred Schutz yang mengemukakan bahwa realitas itu bersifat ganda, yakni ada dunia obyektif yang empiris dan dunia kesadaran subyektif (Muslimin, 2009:38). Fenomenologi mereflekasikan pengalaman langsung manusia, sejauh pengalaman itu secara intensif berhubungan dengan suatu objek (Kuswarno, 2009:1).

Konsep fenomenologi yang dikembangkan oleh Alfred Schutz biasa diistilahkan dengan fenomenologi sosial. Schutz berusaha menyusun konsep fenomenologi yang disusun Husserl agar lebih dipahami. Konsep Husserl memang memiliki kesan yang lebih abstrak, dan Schutz menyusun fenomenologi menjadi konsep yang lebih praktis (Annisarizki, 2015:5).

Alfred Schutz (1899-1959), dalam The Penomenologi of Sosial World (1967:7), mengemukakan bahwa orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat. Lebih lanjut, Schutz menjelaskan pengalaman inderawi sebenarnya tidak punya arti. Semua itu hanya ada begitu saja, obyek-obyeklah yang bermakna (Afdjani dan Soemirat, 2010:98).

Warisan Schutz bersifat tipefikasi yang sangat menekankan definisi situasi individu yang relatif spontan/langsung (tanpa dipengaruhi pemahaman sebelumnya) terhadap segala sesuatu (Wardana, 2014:2). Bagi Schutz, dalam kehidupan sehari-hari kesadaran seorang individu terbagi dengan individu lain, sehingga kesadaran seorang individu tidak bersifat pribadi sepenuhnya, melainkan telah terbagi dan menjadi bagian kesadaran orang lain (Zeitlin, 1995: 259).

Sebagai pelanjut Husserl, Alfred Schutz memberikan tekanan lebih lanjut dari apa yang dikemukakan oleh Husserl. Menurutnya manusia pada dasarnya tidak mungkin mencerna pengalamannya sebagai suatu realitas yang obyektif, sebaliknya mereka malahan mencerna pengalaman atas dunianya sebagai suatu yang subyektif, yaitu sebagai rangkaian obyek yang saling terhubung dan mampu memberi makna (Appelrouth dan Edles, 2007).

Menurut Alfred Schutz, proses pemaknaan diawali dengan proses penginderaan, suatu proses pengalaman yang harus berkesinambungan. Arus pengalaman inderawi ini, pada awalnya, tidak memiliki makna. Makna muncul ketika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya serta melalui proses interaksi dengan orang lain. Karena itu, ada makna individual, dan ada pula makna kolektif tentang sebuah fenomena (Hasbiansyah, 2008:165).

Alfred Schutz adalah salah seorang murid Husserl yang mencoba memasukkan ide-ide Husserl ke dalam sosiologi, dan apa yang dilakukannya ternyata tidak sia-sia. Schutz inilah yang kemudian merupakan matarantai penghubung filsafat fenomenologi dari Husserl dengan sosiologi. Pemikiran-pemikiran Husserl yang lebih banyak aroma filosofisnya dikupas lebih lanjut oleh Schutz agar dapat diterapkan dalam ilmu sosial.

Schutz meletakkan manusia dalam pengalaman subjektif dalam bertindak dan mengambil sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dunia tersebut adalah kegiatan praktis. Manusia mempunyai kemampuan untuk menetukan akan melakukan apapun yang berkaitan dengan dirinya atau orang lain. Apabila kita ingin menganalisis unsur-unsur kesadaran yang terarah menuju serentetan tujuan yang bertkaitan dengan proyeksi dirinya. Jadi kehidupan sehari-hari manusia bisa dikatan seperti proyek yang dikerjakan oleh dirinya sendiri. Karena setiap manusia memiliki keinginan-keinginan tertentu yang itu mereka berusaha mengejar demi tercapainya orientasi yang telah diputuskan.

Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...