Pengertian Strategi Integrasi Vertikal, Manfaat, Kelemahan dan Contohnya

Strategi Integrasi vertikal pada umumnya terdapat dalam industri perminyakan, kimia dasar, mobil, serta produk yang memanfaatkan hasil hutan. Beberapa keuntungan dari integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta meningkatnya koordinasi dan kontrol. Hal ini merupakan cara terbaik bagi perusahaan yang kuat dalam rangka meningkatkan competitif advantage di dalam industri yang atraktif.

Pengertian Strategi Integrasi Vertikal

Definisi integrasi vertikal adalah bila perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jalur distribusi masih dalam satu kepemilikan atau dibawah satu kelompok usaha dengan produsennya. Definisi ini lebih relevan daripada definisi lain seperti, peleburan perusahaan, tingkat ketergantungan atau kontrak yang mengikat (Hart dan Tirole. 1990).

Integrasi vertikal dari sisi kepemilikan mengandung fleksibilitas dalam membuat keputusan investasi, arus informasi, kesempatan kerja, produksi dan distribusi dalam semua tingkatan kegiatan. Alokasi optinum dari sumberdaya yang dimiliki kemungkinan dapat dicapai.

Strategi Integrasi Vertikal
Model Integrasi Vertikal

Variabel-variabel yang diidentifikasi mempengaruhi minat melakukan Integrasi vertical adalah market share, komponen upah per unit produk, komponen biaya mengoperasikan alat-alat modal per unit produksi, sumberdaya manusia berkeahlian khusus di jalur distribusi, kapital fisik khusus, umur perusahaan produsen, jangkauan pemasaran produk dan jenis barang yang diproduksi yang bersifat barang yang dicari karakteristiknya.

Integrasi vertical dapat bersifat penuh (full integration) yaitu berpartisipasi dalam seluruh tahap rantai nilai pada industri integrasi atau hanya saja sebagai dalam industri tersebut.

Manfaat Strategi Integrasi Vertikal
  • Dapat menciptakan penghematan biaya kalau volume kebutuhan bahan baku yang diperlukan cukup besar sehingga cukup ekonomis kalau diproduksi sendiri.
  • Mampu memberikan kontribusi laba yang diharapkan karena memberikan keamanan supply bahan baku utama yang dibutuhkan perusahaan dan perusahaan tidak mengalami kesulitan menguasai teknologi yang diperlukan.
  • Memberikan kontribusi pada kelangsungan hidup perusahaan jika mampu memberikan nilai tambah dan kepuasan pada produk yang diterima konsumen.
Kelemahan Strategi Integrasi Vertikal
  • Memerlukan dana investasi yang tidak sedikit dan menghadapi risiko bisnis ketika industri tersebut mengalami kejenuhan.
  • Adanya vested interest dalam melindungi investasi teknologi dan fasilitas yang sudah dimiliki menyebabkan usaha lambat dalam mengantisipasi perkembangan bisnis terbaru.
  • Integrasi vertikal dapat dihadapkan pada masalah menjaga keseimbangan kapasitas pada setiap tahap dari rantai nilai.

Pertumbuhan sebuah perusahaan dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi.

Contoh Strategi Integrasi Vertikal

Integrasi vertikal dapat dicapai baik melalui sumber daya internal maupun eksternal. Henry Ford, misalnya, menggunakan sumber daya internal untuk membangun pabriknya di luar Detroit. Ia mengintegrasikan proses manufaktur, mulai dari masukan berupa biji besi sampai keluaran berupa produk mobil.

Sebaliknya, Du Pont, sebuah perusahaan kimia raksasa, memilih jalur eksternal untuk integrasi vertikal ke belakang (backward vertical integration) dengan cara mengambil alih Conoco untuk memenuhi kebutuhan minyak yang diperlukan dalam memproduksi produk sintetis Du Pont.

Agar dapat meningkatkan kekuatan bisnisnya atau posisi kompetitifnya, sebuah perusahaan harus melaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengkontrol kualitas serta distribusi produk.

Dilarang dalam UU Persaingan Usaha

Integrasi Vertikal secara tegas dilarang oleh UU Persaingan Usaha No. 5/1999 yang tertuang pada pasal 14. Pasal 14 terkait pula dengan aturan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan pasal 28 ayat (1) dan (2). Pesan dari pasal-pasal ini, integrasi vertikal dilarang, jika memunculkan praktik monopoli dan menimbulkan perilaku-perilaku negatif di semua kegiatan yang terintegrasi. Salah satu contoh kasus Integrasi vertikal yakni Garuda Indonesia. Perusahaan penerbangan tersebut pernah terbukti melakukan integrasi vertikal dan didenda hingga 1 milyar rupiah.

Sumber Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis Duwi Handoko, dkk, Hal-hal Yang Dilarang Dalam Undang-undang Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...