Kebijakan Dividen (Dividend Policy), Tujuan Perusahaan Untuk Memaksimalkan Kekayaan Pemegang Saham

Apapun tujuan perusahaan, fokuslah pada keseluruhan tujuan yang strategis untuk membantu perusahaan menciptakan konsistensi dalam mengambil keputusan bisnis. Jika perusahaanberoperasi dengan tujuan utama memaksimalkan kekayaan, keputusan perusahaan kemungkinan akan selalu terikat dengan unsur memaksimalkan kekayaan dan itu bisa terjadi secara konsisten.
Ketika perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham, masing-masing pemangku kepentingan dapat menggunakan kekayaan ini untuk memaksimalkan utilitas (kepuasan relatif) pribadinya. Ini berarti bahwa dengan memaksimalkan kekayaan pemangku kepentingan, perusahaan beroperasi secara konsisten untuk memaksimalkan utilitas pemangku kepentingan.
Daftar Isi
Kebijakan Dividen (Dividend Policy)
Seluruh kebijakan manajerial yang dilakukan untuk menetapkan berapa besar laba bersih yang dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar laba bersih yang tetap ditahan (retanined eaming) untuk cadangan investasi tahun depan. Kebijakan itu akan tercermin dari besarnya perbandingan laba yang dibayarkan sebagai dividen terhadap laba bersih (dividend payout). Contoh kebijakan dividen adalah menetapkan apakah persentase pembagian dividen saat ini perlu ditingkatkan atau tetap dipertahankan sebagaimana pada tahun sebelumnya.
Tujuan Perusahaan dalam Manajemen Keuangan
Meskipun upaya memaksimalkan laba merupakan tujuan yang logis bagi setiap perusahaan, semua pakar keuangan korporasi sepakat bahwa tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan bukan memaksimalkan laba, melainkan memaksimalkan kekayaan pemegang saham (stock holder’s wealth) atau memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm).
Kekayaan pemegang saham adalah perkalian antara harga saham per lembar dan jumlah saham yang beredar. Ini berarti bahwa kekayaan pemegang saham akan tercermin dari nilai perusahaan, yang ditunjukkan oleh harga saham perusahaan bersangkutan di bursa saham. Dengan demikian, maksimisasi kekayaaan pemegang saham atau nilai perusahaan (harga saham) memiliki arti yang benar-benar sama.
Perumusan maksimisasi kekayaaan pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai tujuan pada akhirnya akan memudahkan pengukuran kinerja suatu perusahaan.
Pengukuran kinerja suatu perusahaan yang bertujuan memakmurkan para pemegang saham dapat digunakan tiga metode alternatif, yaitu (Koch & McDonald, 2000 : 169) :
- Analisis profitabilitas dari segmen/lini dari perusahaan, merupakan merupakan indikator yang sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor.
- Economic Value Added, merupakan tujuan korporat untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor dan pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha dan merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital), disamping itu pula EVA juga dapat digunakan sebagai indikator tentang adanya penambahan nilai dari suatu investasi.
- Balance ScoreCard. Dalam suatu bisnis yang bertujuan memaksimumkan kekayaan para pemiliknya, ditunjukkan dengan dinamika dan hubungan dari tiga keputusan manajemen dasar, yaitu : keputusan investasi, keputusan operasi dan keputusan pendanaan. (Helfert, 2000:1).
Meskipun tujuan perusahaan sangat kompleks, sebuah studi yang dilakukan oleh Robert Lanzillotti menyatakan bahwa manajemen umumnya membahas mengenai :
- Profitabilitas jangka panjang
- Stabilitas
Selain itu, Manajer keuangan di perusahaan membuat keputusan untuk kepentingan pemegang saham. Pemegang saham membeli saham perusahaan untuk memperoleh keuntungan yaitu dividen dan Capital gain.
- Oleh karena itu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan.
- Pemegang saham adalah pemilik sisa (residual owner) di perusahaan. Mereka akan memperoleh sesuatu dari perusahaan dalam urutan akhir setelah pegawai, pemasok, dan kreditur sehingga apabila kekayaan pemegang saham meningkat berarti kekayaan pihak lainnya dalam perusahaan juga meningkat.
Maksimisasi Laba Bukan Tujuan yang Tepat
Ada dua alasan yang mudah dipahami mengapa tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah maksimisasi kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan, bukan maksimisasi laba:
Laba tidak menunjukkan arus kas. Laba yang disajikan pada laporan laba-rugi bukanlah besaran yang menunjukkan arus kas, sehingga jika laba suatu perusahaan Rp 10 miliar, hal itu sama sekali tidak menyatakan bahwa terdapat arus kas sebesar jumlah yang sama. Dalam manajemen keuangan, pengambilan keputusannya justru didasarkan atas arus kas (cashflow). Artinya, keputusan keuangan dinilai benar manakala keputusan itu meningkatkan arus kas bersih yang diterima perusahaan pada masa mendatang.
Laba tidak mempertimbangkan waktu dan risiko . Andaikata proyek A dan B akan menghasilkan laba pada dua tahun mendatang: Laba A Rp5 miliar pada tahun pertama dan Rp5 miliar pada tahun kedua, sedangkan laba B RpO pada tahun pertama dan Rp 10 miliar pada tahun kedua, rata-rata laba per tahun kedua proyek jelas sama, yakni Rp 5 miliar. Proyek mana yang layak dipilih? Berdasarkan pendekatan maksimisasi laba, kita akan bersikap indeferen terhadap kedua proyek.
Akan tetapi, apabila kita menggunakan pendekatan maksimisasi nilai perusahaan, kita akan memilih proyek A daripada proyek B karena pendekatan nilai perusahaan mempertimbangkan faktor waktu dan risiko; bukan besaran semata. Waktu penerimaan Rp 10 miliar pada proyek B teijadi pada tahun kedua (padahal, kita lebih menyukai menerimanya pada tahun pertama dan pada tahun kedua). Selain itu, proyek B mempunyai laba yang berlainan pada setiap tahunnya, yang menunjukkan bahwa proyek B mengandung ketidakpastian atau risiko yang lebih tinggi daripada proyek A.