Metode Cadangan

Metode Cadangan
Metode Cadangan

Metode cadangan atau allowance method merupakan cara untuk memperkirakan dan mengakui potensi kerugian piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi. Metode ini bertujuan untuk menyajikan nilai piutang yang lebih realistis di neraca keuangan.

Cara Kerja

Metode cadangan bekerja dengan membuat akun cadangan piutang tak tertagih (bad debt allowance) di neraca. Akun ini didebit dengan perkiraan kerugian piutang tak tertagih pada akhir periode, dan dikredit dengan jumlah piutang tak tertagih yang dihapuskan selama periode.

Perhitungan Cadangan Piutang Tak Tertagih

Perkiraan kerugian piutang tak tertagih dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain:

  • Persentase dari Penjualan: Metode ini memperkirakan kerugian piutang tak tertagih sebagai persentase dari penjualan kredit selama periode. Persentase ini didasarkan pada pengalaman historis perusahaan dengan piutang tak tertagih.
  • Analisis Umur Piutang: Metode ini mengelompokkan piutang berdasarkan berapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo. Piutang yang lebih tua diasumsikan memiliki risiko tak tertagih yang lebih tinggi, sehingga dibebankan cadangan yang lebih besar.
  • Metode Individual: Metode ini memperkirakan kerugian piutang tak tertagih untuk setiap piutang secara individual. Metode ini lebih kompleks dan memakan waktu, tetapi dapat memberikan perkiraan yang lebih akurat.

Pencatatan Akuntansi

Berikut adalah pencatatan akuntansi untuk metode cadangan:

1. Penyesuaian pada akhir periode:

  • Debit: Bad Debt Allowance
  • Kredit: Piutang Tak Tertagih (akun koreksi)

2. Penghapusan piutang tak tertagih:

  • Debit: Bad Debt Allowance
  • Kredit: Piutang Tak Tertagih

Keuntungan Metode Cadangan

  • Memberikan gambaran yang lebih realistis tentang nilai piutang di neraca.
  • Membantu perusahaan dalam mengelola risiko piutang tak tertagih.
  • Memungkinkan perusahaan untuk mencocokkan biaya kerugian piutang dengan periode di mana penjualan kredit dilakukan.

Kekurangan Metode Cadangan

  • Membutuhkan perkiraan yang akurat tentang kerugian piutang tak tertagih.
  • Dapat meningkatkan beban piutang tak tertagih dan menurunkan laba bersih.
  • Memerlukan pencatatan akuntansi yang lebih kompleks.

Menghitung Persentase Piutang Tak Tertagih yang Wajar

Menentukan persentase piutang tak tertagih yang wajar merupakan langkah penting dalam metode cadangan untuk akuntansi piutang. Persentase ini mencerminkan ekspektasi perusahaan terhadap potensi kerugian piutang tak tertagih di masa depan.

Meskipun tidak ada formula baku untuk menghitung persentase piutang tak tertagih yang wajar, terdapat beberapa metode yang umum digunakan, antara lain:

1. Metode Persentase Penjualan:

Metode ini menghitung persentase piutang tak tertagih berdasarkan rasio antara total piutang tak tertagih pada periode sebelumnya dengan total penjualan kredit pada periode yang sama.

Rumus:

Persentase Piutang Tak Tertagih = (Total Piutang Tak Tertagih Sebelumnya / Total Penjualan Kredit Sebelumnya) x 100%

Contoh:

Jika pada tahun 2023 perusahaan memiliki total piutang tak tertagih sebesar Rp 100 juta dan total penjualan kredit Rp 10 miliar, maka persentase piutang tak tertagihnya adalah:

Persentase Piutang Tak Tertagih = (Rp 100 juta / Rp 10 miliar) x 100% = 1%

2. Metode Analisis Umur Piutang:

Metode ini mengelompokkan piutang berdasarkan berapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo. Piutang yang lebih tua diasumsikan memiliki risiko tak tertagih yang lebih tinggi, sehingga dibebankan persentase cadangan yang lebih besar.

Perusahaan dapat membuat tabel klasifikasi umur piutang dan menetapkan persentase cadangan untuk setiap kelompok umur piutang.

Contoh:

Umur Piutang Persentase Cadangan
0 – 30 hari 1%
31 – 60 hari 3%
61 – 90 hari 5%
Lebih dari 90 hari 10%

3. Metode Individual:

Metode ini memperkirakan kerugian piutang tak tertagih untuk setiap piutang secara individual. Metode ini lebih kompleks dan memakan waktu, tetapi dapat memberikan perkiraan yang lebih akurat.

Perusahaan dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti:

  • Kualitas kredit pelanggan
  • Riwayat pembayaran pelanggan
  • Kondisi ekonomi saat ini

Faktor-faktor yang Memengaruhi Persentase Piutang Tak Tertagih:

Selain metode perhitungan, beberapa faktor lain juga dapat memengaruhi persentase piutang tak tertagih yang wajar, antara lain:

  • Industri: Perusahaan di industri tertentu, seperti industri konstruksi, umumnya memiliki risiko piutang tak tertagih yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan di industri lain.
  • Kebijakan Kredit: Kebijakan kredit perusahaan yang ketat dapat membantu mengurangi risiko piutang tak tertagih.
  • Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi yang buruk dapat meningkatkan risiko piutang tak tertagih.

Pentingnya Meninjau Persentase Piutang Tak Tertagih Secara Berkala:

Persentase piutang tak tertagih tidak bersifat statis dan perlu ditinjau secara berkala untuk memastikan keakuratannya. Perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat memengaruhi risiko piutang tak tertagih dan menyesuaikan persentase cadangannya accordingly.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkiraan Piutang Tak Tertagih

Perkiraan piutang tak tertagih merupakan komponen penting dalam metode cadangan akuntansi. Akurasi perkiraan ini menentukan kewajaran penyajian nilai piutang di neraca dan besaran beban piutang tak tertagih dalam laporan laba rugi.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi perkiraan piutang tak tertagih, antara lain:

1. Faktor Internal Perusahaan:

  • Kebijakan Kredit: Kebijakan kredit yang longgar, seperti persyaratan kredit yang minimal dan jangka waktu pembayaran yang panjang, dapat meningkatkan risiko piutang tak tertagih.
  • Proses Penagihan: Proses penagihan yang lemah dan tidak efektif dapat memperlambat pemulihan piutang dan meningkatkan risiko tak tertagih.
  • Sistem Pengendalian Internal: Sistem pengendalian internal yang lemah dapat memungkinkan terjadinya penipuan dan penggelapan piutang.
  • Kualitas Kredit Pelanggan: Perusahaan yang menjual kepada pelanggan dengan kualitas kredit rendah memiliki risiko piutang tak tertagih yang lebih tinggi.
  • Riwayat Pembayaran Pelanggan: Pelanggan dengan riwayat pembayaran yang buruk di masa lampau memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menunggak pembayaran di masa depan.

2. Faktor Eksternal Perusahaan:

  • Kondisi Ekonomi: Kondisi ekonomi yang buruk dapat menyebabkan penurunan kemampuan pelanggan dalam membayar piutang.
  • Persaingan: Persaingan yang ketat dapat memaksa perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih longgar, sehingga meningkatkan risiko piutang tak tertagih.
  • Bencana Alam atau Bencana Politik: Bencana alam atau bencana politik dapat mengganggu aktivitas bisnis dan kemampuan pelanggan dalam membayar piutang.
  • Perubahan Peraturan: Perubahan peraturan, seperti peraturan kepailitan, dapat memengaruhi proses penagihan piutang dan potensi pemulihannya.

3. Faktor Lainnya:

  • Industri: Perusahaan di industri tertentu, seperti industri konstruksi, umumnya memiliki risiko piutang tak tertagih yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan di industri lain.
  • Metode Penjualan: Penjualan dengan metode kredit memiliki risiko piutang tak tertagih yang lebih tinggi dibandingkan penjualan tunai.
  • Suku Bunga: Kenaikan suku bunga dapat meningkatkan beban keuangan pelanggan dan memperlambat pembayaran piutang.

Pentingnya Menganalisis Faktor-faktor:

Perusahaan perlu menganalisis secara berkala faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkiraan piutang tak tertagih. Analisis ini membantu perusahaan dalam:

  • Mengidentifikasi potensi risiko piutang tak tertagih.
  • Menyesuaikan kebijakan kredit dan proses penagihan.
  • Meningkatkan akurasi perkiraan piutang tak tertagih.
  • Memperkuat sistem pengendalian internal.

Dengan memahami dan mengelola faktor-faktor yang memengaruhi perkiraan piutang tak tertagih, perusahaan dapat meminimalkan risiko kerugian dan menjaga kesehatan keuangannya.

Pencatatan Penghapusan Piutang Tak Tertagih Sebagian

Dalam metode cadangan akuntansi piutang tak tertagih, terkadang terjadi situasi di mana piutang hanya dapat ditagih sebagian. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:

  • Pelanggan hanya mampu membayar sebagian dari jumlah piutang.
  • Terjadi kesepakatan antara perusahaan dan pelanggan untuk pembayaran sebagian piutang.
  • Sebagian piutang dihapuskan sebagai pengampunan atau goodwill.

Untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih sebagian, berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Mengidentifikasi Jumlah yang Dihapuskan:

Pertama, tentukan jumlah piutang yang akan dihapuskan. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan dan pelanggan, atau berdasarkan penilaian perusahaan terhadap kemampuan pelanggan dalam melunasi piutang.

2. Mencatat Penghapusan Piutang:

Buat jurnal akuntansi untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih sebagian. Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Debit: Bad Debt Allowance (Akun Cadangan Piutang Tak Tertagih)
Kredit: Accounts Receivable (Akun Piutang)

Jumlah debit pada akun Bad Debt Allowance harus sama dengan jumlah piutang yang dihapuskan. Jumlah kredit pada akun Accounts Receivable harus sama dengan jumlah piutang yang dihapuskan.

3. Mencatat Penerimaan Pembayaran Sebagian (Jika Ada):

Jika pelanggan membayar sebagian dari piutang, catat penerimaan pembayaran tersebut dengan jurnal akuntansi berikut:

Debit: Cash (Akun Kas)
Kredit: Accounts Receivable (Akun Piutang)

Jumlah debit pada akun Cash harus sama dengan jumlah pembayaran yang diterima. Jumlah kredit pada akun Accounts Receivable harus sama dengan jumlah pembayaran yang diterima.

4. Menyesuaikan Saldo Piutang:

Setelah mencatat penghapusan piutang dan penerimaan pembayaran sebagian, saldo akun Accounts Receivable harus disesuaikan dengan jumlah piutang yang tersisa.

Contoh:

Misalkan PT. XYZ memiliki piutang senilai Rp 10 juta dari PT. ABC. Namun, PT. ABC hanya mampu membayar Rp 5 juta. PT. XYZ memutuskan untuk menghapus Rp 5 juta sisanya sebagai piutang tak tertagih.

Jurnal Akuntansi:

  1. Penghapusan piutang tak tertagih sebagian:
Debit: Bad Debt Allowance   Rp 5.000.000
Kredit: Accounts Receivable Rp 5.000.000
  1. Penerimaan pembayaran sebagian:
Debit: Cash                Rp 5.000.000
Kredit: Accounts Receivable Rp 5.000.000

Saldo Piutang setelah penyesuaian:

Rp 10.000.000 (saldo awal) – Rp 5.000.000 (penghapusan) + Rp 5.000.000 (pembayaran) = Rp 5.000.000

Catatan:

  • Pastikan untuk mendokumentasikan dengan jelas alasan penghapusan piutang tak tertagih sebagian.
  • Pantau secara berkala akun Bad Debt Allowance untuk memastikan bahwa saldonya sesuai dengan ekspektasi perusahaan terhadap potensi kerugian piutang tak tertagih.

Metode Cadangan Tidak Wajib digunakan Oleh Semua Perusahaan

Penggunaan metode cadangan dalam akuntansi piutang tak tertagih merupakan pilihan yang diserahkan kepada perusahaan.

Meskipun demikian, metode ini direkomendasikan untuk perusahaan yang memiliki risiko piutang tak tertagih yang signifikan.

Beberapa alasan mengapa metode cadangan direkomendasikan:

  • Memberikan gambaran yang lebih realistis tentang nilai piutang di neraca: Metode cadangan memungkinkan perusahaan untuk mengakui potensi kerugian piutang tak tertagih, sehingga nilai piutang di neraca menjadi lebih akurat.
  • Membantu perusahaan dalam mengelola risiko piutang tak tertagih: Dengan mengetahui perkiraan kerugian piutang tak tertagih, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risikonya, seperti memperketat kebijakan kredit dan meningkatkan proses penagihan.
  • Memungkinkan perusahaan untuk mencocokkan biaya kerugian piutang dengan periode di mana penjualan kredit dilakukan: Metode cadangan memungkinkan perusahaan untuk mengakui biaya kerugian piutang tak tertagih pada periode di mana penjualan kredit dilakukan, sehingga laba bersih perusahaan menjadi lebih akurat.

Perusahaan yang tidak menggunakan metode cadangan harus mencatat piutang tak tertagih pada saat piutang tersebut dihapuskan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mendebit akun Bad Debt Expense (Beban Piutang Tak Tertagih) dan mengkredit akun Accounts Receivable (Akun Piutang).

Berikut adalah beberapa contoh perusahaan yang tidak wajib menggunakan metode cadangan:

  • Perusahaan kecil dengan risiko piutang tak tertagih yang rendah: Perusahaan kecil yang memiliki sedikit penjualan kredit dan pelanggan yang berkualitas tinggi mungkin tidak memerlukan metode cadangan untuk mengelola risikonya.
  • Perusahaan yang menggunakan basis kas: Perusahaan yang menggunakan basis kas hanya mengakui pendapatan dan beban pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Oleh karena itu, metode cadangan tidak diperlukan untuk mencocokkan biaya kerugian piutang dengan periode di mana penjualan kredit dilakukan.
  • Perusahaan di industri tertentu: Ada beberapa industri di mana praktik akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) tidak mewajibkan penggunaan metode cadangan.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun metode cadangan tidak wajib, perusahaan harus tetap mempertimbangkan risiko piutang tak tertagih dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola risikonya.

Gagal untuk mengelola risiko piutang tak tertagih dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi perusahaan.

Alternatif Metode Cadangan untuk Akuntansi Piutang Tak Tertagih

Metode cadangan (allowance method) adalah metode yang umum digunakan untuk akuntansi piutang tak tertagih. Namun, ada beberapa alternatif metode yang dapat digunakan oleh perusahaan, antara lain:

1. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method):

Metode ini mencatat piutang tak tertagih sebagai beban pada saat piutang tersebut dihapuskan.

Metode ini lebih sederhana daripada metode cadangan, tetapi tidak memberikan gambaran yang realistis tentang nilai piutang di neraca.

Metode ini tidak direkomendasikan untuk perusahaan yang memiliki risiko piutang tak tertagih yang signifikan.

2. Metode Persentase Penjualan (Percentage of Sales Method):

Metode ini memperkirakan kerugian piutang tak tertagih sebagai persentase dari penjualan kredit pada periode tertentu.

Persentase ini didasarkan pada pengalaman historis perusahaan dengan piutang tak tertagih.

Metode ini mudah digunakan, tetapi tidak selalu akurat karena tidak mempertimbangkan faktor-faktor individual yang dapat memengaruhi risiko piutang tak tertagih.

3. Metode Analisis Umur Piutang (Aging Method):

Metode ini mengelompokkan piutang berdasarkan berapa lama piutang tersebut telah jatuh tempo.

Piutang yang lebih tua diasumsikan memiliki risiko tak tertagih yang lebih tinggi, sehingga dibebankan beban piutang tak tertagih yang lebih besar.

Metode ini lebih akurat daripada metode persentase penjualan, tetapi lebih kompleks dan memakan waktu.

4. Metode Individual:

Metode ini memperkirakan kerugian piutang tak tertagih untuk setiap piutang secara individual.

Metode ini paling akurat, tetapi paling kompleks dan memakan waktu.

Metode ini cocok untuk perusahaan yang memiliki piutang tak tertagih dalam jumlah besar dan risiko piutang tak tertagih yang sangat tinggi.

Pilihan metode alternatif tergantung pada beberapa faktor, seperti:

  • Ukuran dan kompleksitas perusahaan: Perusahaan kecil mungkin lebih cocok dengan metode penghapusan langsung atau metode persentase penjualan, sedangkan perusahaan besar mungkin memerlukan metode yang lebih kompleks seperti analisis umur piutang atau metode individual.
  • Risiko piutang tak tertagih: Perusahaan dengan risiko piutang tak tertagih yang tinggi mungkin memerlukan metode yang lebih akurat seperti analisis umur piutang atau metode individual.
  • Sumber daya dan keahlian: Perusahaan harus mempertimbangkan sumber daya dan keahlian yang tersedia untuk memilih metode yang tepat.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada metode alternatif yang sempurna.

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan dan risikonya.

Metode cadangan merupakan alat yang penting untuk akuntansi piutang tak tertagih. Metode ini membantu perusahaan dalam menyajikan informasi keuangan yang lebih akurat dan mengelola risiko piutang tak tertagih.

Menghitung persentase piutang tak tertagih yang wajar memerlukan pertimbangan berbagai faktor dan metode perhitungan. Perusahaan harus memilih metode yang paling sesuai dengan kondisi dan risikonya.

Untuk metode cadangan penaksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dilakukan pada akhir periode ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan untuk digunakan pada periode tersebut. Ada dua dasar yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah kerugian piutang tak tertagih, yaitu:
 1. Pendekatan Laporan Laba.
Pada pendekatan ini, perhitungan taksiran piutang tak tertagih mendasarkan pada penjualan selama satu periode pelaporan. Untuk memperoleh jumlah taksiran biasanya dilakukan dengan cara mengalikan prosentase tertentu, dengan jumlah penjualan pada periode tersebut. Untuk memperoleh prosentase piutang tak tertagih dengan menggunakan cara menghitung perbandingan piutang yang tak tertagih atau yang dihapus dengan jumlah penjualan tahun lalu kemudian tinggal disesuaikan dengan periode yang berjalan. Secara logika piutang tak tertagihmuncul karena penjualan kredit, oleh karena itu akan lebih baik jika piutang tak tertagih dihitung dengan menggunakan dasar penjualan kredit. Namun pada praktiknya pemisahan antara penjualan kredit dan debit dapat menimbulkan pekerjaan tersendiri, maka untuk praktisnya prosentase piutang tak tertagih bisa menggunakan dasar jumlah penjualan periode berjalan.
 
2. Pendekatan neraca atau laporan posisi keuangan
Pada pendekatan ini, cadangan piutang tak tertagih ditentukan dari saldo piutang akhir periode. Cara perhitungan yang bisa dilakukan ada 3 cara yaitu (a) Jumlah taksiran piutang tak tertagih dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode, (b) taksiran piutang tak tertagih ditambah dengan prosentase tertentu dari saldo piutang, dan (c) jumlah taksiran piutang tak tertagih dinaikkan hingga suatu jumlah yang dihitung dengan menganalisa umur piutang.
 
ü  Jumlah taksiran piutang tak tertagih dinaikan sampai prosentase tertentu dari saldo piutang akhir periode. Untuk memperoleh cadangan piutang tak tertagih yaitu dengan mengalikan prosentase tertentu terhadap saldo piutang akhir periode, setelah itu hasil perhitungan tadi dikurangi atau ditambah dengan saldo rekening piutang tak tertagih.
 
ü  Cadangan ditambah dengan prosentase tertentu dari saldo piutang. Secara teknis tidak jauh berbeda dengan metode sebelumnya, hanya saja pada metode ini hasil perkalian dari prosentase piutang tak tertagih dengan saldo piutang langsung dicatat ke cadangan piutang tak tertagih tanpa memperhatikan saldo yang telah ada sebelumnya. 
 
ü  Jumlah cadangan dinaikkan sesuai perhitungan analisa umur piutang. Metode ini membutuhkan penelusuran dengan seksama rekening-rekening pembantu piutang dari masing-masing individu atau pelanggan yang kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang belum menunggak dan yang menunggak atau melebihi jangka waktu kredit. Selanjutnya rekening individu dan pelanggan menunggak kembali digolongkan berdasarkan jangka waktu tunggakannya, misalnya kurang dari satu bulan, lalu satu hingga dua bulan dan seterusnya. Setelah pengelompokkan berdasar umur tunggakan maka langkah selanjutnya adalah menentukan besaran prosentase dari masing-masing umur tunggakan atau piutang yang tak tertagih.
 
Metode ini menunjukkan jumlah piutang yang dapat ditagih sesuai dengan kondisi yang berlaku sekarang, karena metode ini melalui pengecekan dan penaksiran dari masing-masing individu atau pelanggan dengan teliti, jumlah piutang yang akan tertera di neraca atau laporan posisi keuangan lebih mendekati kenyataan, data yang didapat pada metode ini sangat bermanfaat bagi manajemen terutama untuk pengendalian atau analisa kredit. Namun di sisi lain metode ini memakan banyak waktu dan biaya terutama jika mempunyai daftar pelanggan dengan jumlah banyak, tapi kekurangan tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan pembukuan berbasis komputer.
Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...