Penelitian kuailitatif

Penelitian kuailitatif memiliki sejumlah ciri-ciri sebagaimana yang ditawarkan oleh Guba dan Lincoln (1985:34-44 ) Serta Spradley (1980) Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut;

  1. Berlatar alamiah, hal ini dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan karena menurut Guba (1985) ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagi keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. 
  2. manusia sebagai instrumen (alat) penelitian, hal ini peneliti ini atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama (participation observation-pengamatan berperan serta), 
  3. metode kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan pengamatan, wawancara, 
  4. Analisis data secara induktif, penelitian yang beranjak dari hal umum sampai ke khusus dengan beberapa alasan bahwa penelitian secara induktif lebih dapat menemukan kenyataankenyataan jamak yang terdapat dalam data, membuat hubungan peneliti dengan responden lebih eksplisit, 
  5. Teori dari dasargrounded theory, teori yang bersal dari bawah ke atas, 
  6. deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, 
  7. lebih mementingkan proses dari pada hasil, 
  8. adanya batas yang ditentukan oleh fokus, 
  9. adanya kriteria pengabsahan data, 
  10. design yang bersifat sementara, 
  11. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama. 

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, pada dasarnya penelitian kualitatif bertumpu secara mendasar pada fenemenologi. Sementara kebudayaan, teori simbolik, etnometodologi dijadikan sebagai dasar tambahan yang melatar belakangi secara teorities penelitian kualiatatif.

Ada beberapa ciri-ciri pokok fenomenologis yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis menurut Moleong( 2007:8) yaitu: (a) mengacu kepada kenyataan, dalam hal ini kesadaran tentang sesuatu benda secara jelas (b) memahami arti peristiwa dan kaitankaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi –situasi tertentu. (c) memulai dengan diam.

etnografi merupakan pekerjaan mendiskripsikan suatu kebudayaan dari sekelompok orang. Artinya memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinowski dalam Spradley (1997:3), dimana tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Dengan arti lain adalah etnografi mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat.

Berdasarkan konsep tersebut Blummer (1969 dalam Spradley: 1997: 7) menawarkan tiga premis sebagai landasan teori dari etnografi yaitu: (a) Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal kepada mereka. (orang, kerumunan orang, berinteraksi atas dasar makna yang terkandung dalam diri mereka sedangkan lokasi, waktu, tingkah laku, alat adalah simbol yang mempunyai makna khusus) (b) Makna berbagai hal berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. (c) Makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi. Kemudian bagaimana mengambil kesimpulan tentang budaya itu sendiri, Spradley menawarkan solusi dari tiga sumber sebagai berikut : (a) dari yang dikatakan orang, (b) dari cara orang bertindak, dan, (c) dari berbagai artefak yang digunakan orang ( cuci tangan sebelum makan, jangan berenang setelah makan, dll) . Pengetahuan budaya itu dapat disampaikan secara ekplisit dan implisit ( Spradley:1997:10). Secara eksplisit yaitu makna budaya yang didapat langsung dari masyarakat yang menggunakan budaya tersebut melalui bahasa yang digunakan. Sedangkan secara implisit, seorang peneliti harus mengamati, mewawancarai, mencatat secara berulang.

Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...