Penetapan Materialitas
Materialitas merupakan konsep penting dalam akuntansi yang digunakan untuk menentukan apakah suatu informasi keuangan memiliki dampak yang cukup terhadap keputusan pengguna laporan keuangan. Informasi yang material harus diungkapkan dalam laporan keuangan, sedangkan informasi yang tidak material dapat diabaikan.
Penetapan materialitas dilakukan berdasarkan pertimbangan profesional akuntan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Ukuran dan sifat kesalahan: Semakin besar kesalahan, semakin material dampaknya terhadap laporan keuangan. Kesalahan yang bersifat fundamental, seperti kesalahan dalam prinsip akuntansi, lebih material daripada kesalahan yang bersifat teknis, seperti kesalahan dalam penghitungan.
- Dampak kesalahan terhadap laporan keuangan: Kesalahan yang berdampak signifikan terhadap laporan keuangan, seperti kesalahan yang menyebabkan perubahan laba atau rugi bersih, lebih material daripada kesalahan yang tidak berdampak signifikan, seperti kesalahan yang hanya menyebabkan perubahan saldo laba ditahan.
- Pengguna laporan keuangan: Materialitas juga ditentukan berdasarkan pengguna laporan keuangan. Informasi yang material bagi satu pengguna mungkin tidak material bagi pengguna lainnya. Misalnya, informasi tentang laba per saham mungkin material bagi investor, tetapi tidak material bagi kreditor.
- Peraturan dan standar akuntansi: Peraturan dan standar akuntansi sering kali menetapkan batas materialitas tertentu. Misalnya, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan bahwa kesalahan yang berdampak terhadap laba atau rugi bersih sebesar 5% atau lebih dari laba atau rugi bersih tahun sebelumnya dianggap material.
Akuntan harus menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan materialitas dalam setiap kasus. Tidak ada aturan baku yang dapat diterapkan dalam semua situasi. Namun, dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, akuntan dapat membuat keputusan yang tepat tentang informasi keuangan mana yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Berikut adalah beberapa contoh penetapan materialitas dalam akuntansi:
- Kesalahan dalam penghitungan depresiasi aset tetap sebesar Rp100 juta mungkin material bagi perusahaan kecil, tetapi tidak material bagi perusahaan besar.
- Kesalahan dalam pengakuan pendapatan sebesar Rp1 miliar mungkin material bagi perusahaan yang baru berdiri, tetapi tidak material bagi perusahaan yang sudah lama berdiri dan memiliki pendapatan yang besar.
- Kesalahan dalam pengungkapan informasi tentang utang perusahaan sebesar Rp100 miliar mungkin material bagi investor, tetapi tidak material bagi kreditor.
Akuntan harus mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan materialitas dalam setiap kasus.
Selain faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya, akuntan juga dapat mempertimbangkan hal-hal berikut dalam menetapkan materialitas:
- Kondisi keuangan perusahaan: Perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan mungkin lebih sensitif terhadap kesalahan daripada perusahaan yang sedang dalam kondisi keuangan yang baik.
- Tren laba perusahaan: Perusahaan yang sedang mengalami tren laba yang menurun mungkin lebih sensitif terhadap kesalahan daripada perusahaan yang sedang mengalami tren laba yang meningkat.
- Ekspektasi pengguna laporan keuangan: Akuntan harus mempertimbangkan ekspektasi pengguna laporan keuangan dalam menentukan materialitas. Misalnya, investor mungkin lebih sensitif terhadap kesalahan dalam laporan keuangan daripada kreditor.
Pengungkapan Informasi yang Tidak Material
Meskipun informasi tertentu tidak material, akuntan tetap harus mempertimbangkan apakah informasi tersebut perlu diungkapkan dalam laporan keuangan. Akuntan harus menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan apakah informasi tersebut relevan dan berguna bagi pengguna laporan keuangan.
Informasi yang tidak material tetapi relevan dan berguna bagi pengguna laporan keuangan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Misalnya, informasi tentang kebijakan akuntansi perusahaan mungkin tidak material, tetapi informasi tersebut relevan dan berguna bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya.
Dampak Materialitas terhadap Audit
Materialitas juga berdampak pada audit laporan keuangan. Akuntan publik harus mempertimbangkan materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit. Akuntan publik harus fokus pada pengujian transaksi dan saldo akun yang material.
Akuntan publik juga harus mempertimbangkan materialitas dalam mengevaluasi hasil audit. Jika akuntan publik menemukan kesalahan yang material, maka akuntan publik harus menerbitkan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
Langkah – langkah dalam menetapkan materialitas adalah :
- Menetapkan pertimbangan awal tentang materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang disebutkan dengan pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Hal ini terjadi karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertinbangan pendahuluan auditor tentang materialitas adalah materialitas yang memiliki konsep yang relatif, dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, dan faktor – faktor kualitatif.
Pertimbangan awal mengenai materialitas adalah jumlah maksimum suatu salah saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai. Adapun penetapan materialitas sendiri bertujuan untuk membantu auditor merencanakan bahan bukti yang cukup.
Seorang auditor eksternal dituntut untuk memiliki profesionalisme yang tinggi. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi ada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif. Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubugan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
- Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas kedalam segmen
Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu sebagai salah saji yang dapat ditoleransi.
- Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis yaitu salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi penyisihan piutang tak tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi, contohnya adalah auditor menggunakan salah saji yang ditemukan yaitu 6 dari jumlah sampel 200 untuk mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam persediaan. Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.
- Memperkirakan salah saji gabungan
Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun kemudian digabungkan dalam kertas kerja.
- Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas
Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu gabungan salah saji yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.
REFERENSI
- Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2018). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach (16th ed.). Pearson Education.
- Financial Accounting Standards Board (FASB). (2016). ASC 205-10: Materiality.
- International Accounting Standards Board (IASB). (2018). IAS 1: Presentation of Financial Statements.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2017). Peraturan OJK Nomor 22/POJK.03/2017 tentang Laporan Keuangan Perusahaan Terbuka.
- Romney, M. B., & Steinbart, P. J. (2019). Accounting Principles: A Business Perspective (13th ed.). Cengage Learning.