Teori Akuntansi Syariah

Teori Akuntansi Syariah

Akuntansi syariah merupakan salah satu upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan syarat nilai. Tujuan diciptakannya akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teleologikal. Konsekuensi ontologis upaya ini adalah bahwa akuntan secara kritis harus mampu membebaskan manusia dari ikatan realitas peradaban, beserta jaringan-jaringan kuasanya, kemudian memberikan atau menciptakan realitas altematif dengan seperangkat jaringan-jaringan kuasa llahi yang mengikat manusia dalam hidup sehari-hari (ontologi tauhid).

Akuntansi syariah pada intinya akuntansi yang akan dinilai kembali dari sudut pandangan Islam. Kecenderungan lahirnya akuntansi syariah adalah sangat baru dan para ahli akuntansi syariah belum secara jelas membuat tujuannya. Hal ini dapat menjadi suatu kasus jika diganti istilah ekonomi dunia ke akuntansi “ekonomi Islam… bukanlah suatu pelajaran tetapi suatu teori. Teori artinya metode dan alat belajar untuk menafsirkan. OIeh karena itu, akuntansi syariah adalah teori yang menjelaskan bagaimana mengalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran tentang bagaimana akuntansi itu ada. Sehubungan dengan ini kemungkinan keberadaan akuntansi syariah sebagai berikut:

Postulat, standar, penielasan dan prinsip akuntansi yang menggambarkan semua hal-karenanya secara teoretis akuntmsi memaliki konsep, prinsip, dan tujuan lslam dan semua ini secara serentak berjalan bersama bidang ekonomi, sosial, politik, ideologi, etika yang dimiliki lslam, kehidupan lslam dm keadilan, dan hukum lslam. Dan lslam adalah suatu program yang memiliki bidang-bidang ekonomi, sosial, politik, ideologi, manajemen, akuntansi, dan lain-lain. Semua ini adalah satu paket yang tak bisa dipisah.”

Akuntansi dalam pandangan Islam adalah tergantung pada tujuan masyarakat Islam yang sempuma. Permasalahan sekarang adalah apakah yang dimaksud dengan akuntansi yariah atau akuntansi Islam? Islam sebagai suatu program dan aktivitas yang mencakup semua akuntansi (perhitungan) yang mengatur masyarakat. Berkenaan dengan ini, maksud tersebut dalam rangka mempublikasikan akuntansi Islam dalam bentuk definisi atau pernyataan sebagai berikut:

Kita ingin menunjukkan aspek lslam dri akuntansi yang bersumber hukum hanya dari prinsip lslam, standar yang unik, tujuannya, prinsip atau hal-hal yang tercantum dalam Qur’an dan Sunnah, tetapi dari rencana sekarang dan masa depan dan sifat akuntansi yang dapat diambil dari pandangan aspek ini sebagai suatu yang unik dan dasar dari akuntansi.”

Dalam mencari bentuk akuntansi syariah, harus berangkat dari suatu asumsi bahwa akuntansi adalah sebuah entitas yang mempunyai dua arah kekuatan. Kekuatan pertama adalah bahwa akuntansi adalah sesuatu yang dibentuk oleh lingkungannya. Kekuatan kedua adalah bahwa akuntansi adalah sesuatu yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi lingkungannya, termasuk perilaku manusia yang menggunakan informasi akuniansi. Jika demikian, maka usaha yang harus dilakukan oleh para akuntan adalah bagaimana mereka dapat menciptakan sebuah bentuk akuntansi yang dapat mengarahkan perilaku manusia ke arah perilaku yang etis dan ke arah terbentuknya peradaban bisnis yang ideal. Sifat humanis akuntansi atau bentuk bisnis lainnya tersebut, diharapkan dapat mendorong perilaku manusia itu sendiri. Sehingga manusia semakin kuat kesadaran dirinya tentang hakikatnya.

Melalui kesadaran diri tentang hakikat manusia ini merupakan landasan bagi manusia dalam memberi nilai emansipatoris pada akuntansi syariah. Sifat ini berarti bahwa tidak lagi berlaku bentuk dominasi atau penindasan dari satu pihak ke pihak yang lain. Dengan kata lain, informasi yang diberikan oleh akuntansi syariah adalah berupa pembebasan dan tertuju pada semua pihak serta tidak menyepelekan pihak lain, atau akuntansi syariah akan berdiri pada posisi yang adil. Oleh karena akuntansi syariah dibangun berdasarkan syariah Islam, maka nilai transendental akuntansi syariah terlihat jelas. Hal ini merupakan indikasi yang kuat bahwa akuntansi syariah tidak semata-mata menjadi instrumen bisnis yang bersifat profan, telapi juga sebagai instrumen yang melintas batas dunia profan.

Dengan demikian, yang selama ini akuntansi dikenal sebagai alat pertanggung jawaban kepada pemilik perusahaan, maka akuntansi syariah adalah lebih dari itu, yaitu pertanggung jawaban kepada stakeholders dan Tuhan. Dengan sifat ini dalam melakukan praktik bisnis dan akuntansi-maka seseorang yang terlibat akan selalu menggunakan, atau tunduk dan pasrah terhadap kehendak Tuhan (etika syariah). Nilai semacam itulah yang dimaksud dengan teologikal. Artinya praktik akuntansi syariah akan mengantarkan pelakunya secara riil teraktualisasi dalam bentuk kegiatan menciptakan dan menyebarkan kesejahteraan bagi seluruh alam.

Mengapa akuntansi syariah muncul ke permukaan, padahal akuntansi Barat telah mengakar dalam inti bisnis masyarakat? Ternyata, para perintis akuntansi, khususnya bidang ekonomi politik akuntansi, memiliki beberapa kemauan tentang pandangan akuntansi modern yang akan menunjukkan data akuntansi secara netral di antara pemakainya. Mereka menganggap hubungan antara akuntansi dan masyarakat adalah penting. Mereka mempertanyakan peranan akuntansi untuk menghubungkan masalah-masalah sosial dengan masalah organisasi dan individual. Sebab perhatian terhadap akuntansi dalam masyarakat tidak sama dimana-mana kendatipun di antara masyarakat (negara-negara) yang menganut konsep itu seluruhnya, Teori akuntansi harus mengkaji akuntansi di masyarakat dimana ia dipraktikkan. Hal ini berarti bahwa sikap ini mungkin merupakan suatu cara untuk melahirkan aturan-aturan akuntansi, sebagaimana dijelaskan oleh Gambling.

Oleh karena tidak adanya aturan akuntansi maka akuntansi Barat tidak membahas mengenai aturan apa pun yang berkaitan dengan masalah organisasi (perusahaan), yang berhubungan dengan masyarakat dan individu. Aturan semacam itu bisa disebut sebagai suatu bahasan dalam teori akuntansi sekarang. Di pihak lain persyaratan masyarakat mengenai akuntansi secara kuantitatif meningkat juga. Akuntansi syariah tidak menolak pendapat bahwa akuntansi menyesuaikan kelompok-kelompok yang berkepentingan. Tetapi Akuntansi Syariah menyangkut masalah ekonomi, masalah politik, dan juga masalah akuntansi. Dengan kata lain, fungsinya sebagai bagian syariah. Dalam konteks itu harus diterima bahwa akuntansi Islam syariah memainkan peranan untuk menyesuaikan kelompok-kelompok yang berkepentingan dalam masyarakat. Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa teori akuntansi syariah dipelajari sebagai suatu sistem akuntansi dan pada saat yang sama ditafsirkan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan manajemen, ekonomi, hukum, politik, dan agama.

Tujuan Utama Akuntansi Syariah

  • Humanisme: Menempatkan manusia sebagai pusat perhatian, bukan sekadar angka.
  • Emansipatoris: Membebaskan manusia dari belenggu sistem yang tidak adil.
  • Transendental: Menghubungkan aktivitas bisnis dengan nilai-nilai spiritual.
  • Teleologikal: Memastikan aktivitas bisnis memberikan manfaat bagi seluruh umat.

Akuntansi syariah tidak hanya sebatas alat pelaporan keuangan, tetapi juga menjadi instrumen untuk membangun masyarakat yang lebih adil, bermartabat, dan sejahtera.

Perbedaan dengan Akuntansi Konvensional

  • Fokus: Akuntansi syariah lebih luas cakupannya, tidak hanya aspek keuangan, tetapi juga sosial, politik, dan etika.
  • Tujuan: Akuntansi syariah bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umat, sementara akuntansi konvensional seringkali lebih berorientasi pada profitabilitas.
  • Prinsip: Akuntansi syariah berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial.

Akuntansi syariah menawarkan alternatif yang lebih komprehensif dan bernilai bagi dunia bisnis.

Tantangan dan Peluang

  • Penerimaan: Menghadapi tantangan dalam mengubah paradigma akuntansi yang sudah mapan.
  • Standarisasi: Membutuhkan pengembangan standar akuntansi syariah yang lebih detail dan konsisten.
  • Implementasi: Memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku bisnis, dan akademisi.

Terdapat potensi besar bagi pertumbuhan akuntansi syariah, terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim.

Akuntansi syariah menawarkan sebuah paradigma baru dalam dunia bisnis, yang menempatkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di atas segalanya. Dengan potensi yang besar, akuntansi syariah dapat menjadi solusi bagi berbagai permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi dunia saat ini.

implementasikan prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam praktik bisnis sehari-hari

Implementasi prinsip-prinsip akuntansi syariah dalam praktik bisnis sehari-hari merupakan langkah yang kompleks namun sangat penting untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam dunia bisnis. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip akuntansi syariah.

  • Studi mendalam: Melakukan studi mendalam terhadap Al-Quran, Sunnah, dan kitab-kitab fikih yang membahas tentang transaksi ekonomi.
  • Konsultasi dengan ahli: Berkonsultasi dengan para ulama atau ahli akuntansi syariah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan spesifik.

2. Penyusunan kebijakan akuntansi syariah.

  • Identifikasi transaksi: Mengidentifikasi semua jenis transaksi yang terjadi dalam bisnis dan menganalisisnya dari perspektif syariah.
  • Pengembangan prosedur: Menyusun prosedur akuntansi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah untuk setiap jenis transaksi.
  • Penerbitan manual akuntansi: Menyusun manual akuntansi syariah yang komprehensif sebagai panduan bagi seluruh karyawan.

3. Pelatihan bagi karyawan.

  • Program pelatihan: Mengadakan program pelatihan akuntansi syariah bagi seluruh karyawan, terutama bagi mereka yang terlibat langsung dalam proses akuntansi.
  • Sosialisasi: Melakukan sosialisasi secara berkala untuk memastikan pemahaman yang sama tentang prinsip-prinsip akuntansi syariah.

4. Penerapan sistem akuntansi yang sesuai.

  • Pilihan software: Memilih software akuntansi yang dapat mengakomodasi kebutuhan akuntansi syariah, atau melakukan kustomisasi pada software yang sudah ada.
  • Pengaturan modul: Mengatur modul-modul dalam software akuntansi agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

5. Audit kepatuhan syariah.

  • Audit internal: Melakukan audit internal secara berkala untuk memastikan bahwa semua transaksi dan laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
  • Audit eksternal: Meminta audit eksternal dari lembaga audit yang memiliki kompetensi dalam bidang akuntansi syariah.

Contoh Penerapan dalam Praktik Bisnis:

  • Pembiayaan: Menggunakan akad-akad seperti mudharabah, musyarakah, dan murabahah yang sesuai dengan prinsip syariah.
  • Inventori: Menghindari pencatatan persediaan dengan nilai yang melebihi harga perolehan.
  • Pendapatan: Memastikan bahwa pendapatan yang diakui telah diperoleh secara halal dan tidak mengandung unsur riba.
  • Zakat: Menghitung dan menyalurkan zakat perusahaan sesuai dengan ketentuan syariah.

REFERENSI

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions)

IFSB (Islamic Financial Services Board)

Dewan Syariah Nasional (DSN)

Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...