PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) Nomor 14

PSAK Persediaan (PSAK 14) adalah standar akuntansi keuangan yang mengatur tentang pengakuan, pengukuran, dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan suatu entitas. Tujuan dari PSAK Persediaan adalah untuk memastikan bahwa persediaan dilaporkan dengan cara yang konsisten dan transparan dalam laporan keuangan.

Beberapa hal yang diatur dalam PSAK Persediaan antara lain:

  1. Pengakuan persediaan, yaitu persediaan harus diakui sebagai aset jika memenuhi kriteria sebagai aset dan dapat diukur dengan dapat diandalkan.
  2. Pengukuran persediaan, yaitu persediaan harus diukur dengan biaya perolehan atau biaya produksi.
  3. Penyajian persediaan dalam laporan keuangan, yaitu persediaan harus disajikan secara terpisah dari aset lainnya dan harus dicantumkan dalam neraca.

PSAK Persediaan berlaku untuk semua jenis persediaan, baik persediaan barang jadi, persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, maupun persediaan barang yang dikirimkan atas nama pihak lain.

Selain itu, PSAK Persediaan juga mengatur tentang perlakuan persediaan dalam situasi tertentu, antara lain:

  1. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk konsinyasi, yaitu persediaan yang dimiliki oleh pihak lain namun disimpan di gudang perusahaan untuk dijual. Dalam hal ini, perusahaan harus memperlakukan persediaan konsinyasi sebagai persediaan milik pihak lain dan tidak boleh mengakui persediaan tersebut sebagai aset.
  2. Persediaan yang dijual secara kredit atau cicilan, yaitu persediaan yang dijual dengan memberikan kredit kepada pembeli atau dengan membayar secara cicilan. Dalam hal ini, perusahaan harus memperhatikan ketentuan mengenai pengakuan pendapatan dan pengakuan piutang dagang.
  3. Persediaan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk kepentingan internal, seperti prototipe atau barang percobaan. Dalam hal ini, perusahaan harus memperlakukan persediaan tersebut sebagai biaya produksi dan tidak boleh mengakui persediaan tersebut sebagai aset.

PSAK Persediaan juga menyediakan pedoman mengenai pengukuran persediaan pada perusahaan manufaktur dan perdagangan. Perusahaan manufaktur harus menghitung biaya produksi persediaan dengan memperhitungkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang terkait. Sementara itu, perusahaan perdagangan harus menghitung biaya perolehan persediaan dengan memperhitungkan harga beli, biaya pengangkutan, dan biaya lainnya yang terkait.

Dalam hal terdapat ketidakpastian terkait penurunan nilai persediaan, perusahaan harus melakukan estimasi yang cermat dan mengadopsi metode yang konsisten dalam penghitungan penurunan nilai persediaan. Dengan memperhatikan ketentuan PSAK Persediaan secara cermat, perusahaan dapat menghindari kesalahan dalam pengakuan, pengukuran, dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan serta memastikan laporan keuangan yang disajikan akurat dan dapat dipercaya.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan PSAK Persediaan antara lain:

  1. Biaya perolehan atau biaya produksi harus mencakup semua biaya yang diperlukan untuk memperoleh atau memproduksi persediaan, termasuk biaya pengangkutan dan biaya lainnya yang terkait.
  2. Persediaan harus diukur dengan biaya yang lebih rendah antara biaya perolehan atau biaya produksi dan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah harga jual diperkirakan dari persediaan setelah dikurangi biaya-biaya penjualan.
  3. Jika terdapat penurunan nilai persediaan, maka penurunan nilai tersebut harus diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi. Penurunan nilai persediaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan harga pasar, kerusakan atau kecacatan barang, atau kemerosotan permintaan.
  4. Persediaan harus dicatat dan diinventarisasi secara teratur dan dilakukan pengecekan fisik persediaan secara berkala untuk memastikan keakuratan catatan persediaan.
  5. Persediaan yang diakui sebagai aset tidak boleh dihapuskan dari laporan keuangan kecuali jika persediaan tersebut telah terjual atau dibuang, atau jika ada indikasi yang kuat bahwa persediaan tersebut tidak akan laku terjual.
  6. Perusahaan harus mencatat persediaan dengan sistem yang memungkinkan informasi yang diperlukan untuk pengendalian persediaan dan pengambilan keputusan terkait persediaan.
  7. Perusahaan harus memperhatikan ketentuan mengenai metode penghitungan biaya persediaan yang digunakan. Metode yang dapat digunakan antara lain metode FIFO (first in first out), LIFO (last in first out), atau metode rata-rata tertimbang.
  8. Perusahaan harus memperhatikan ketentuan mengenai penilaian persediaan yang rusak, tidak layak jual, atau kadaluwarsa. Persediaan yang tidak layak jual harus dihapuskan dari catatan persediaan dan diakui sebagai kerugian dalam laporan laba rugi.
  9. Perusahaan harus memperhatikan ketentuan mengenai pengungkapan informasi terkait persediaan dalam laporan keuangan, seperti jumlah persediaan, metode penghitungan biaya persediaan yang digunakan, dan informasi mengenai persediaan yang rusak atau tidak layak jual.

Dalam menyusun laporan keuangan, perusahaan perlu memperhatikan ketentuan PSAK Persediaan dengan cermat agar laporan keuangan yang disajikan dapat dipercaya dan memberikan informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan, seperti pemilik perusahaan, investor, dan kreditor.

Dalam hal terdapat perubahan dalam pengakuan, pengukuran, atau penyajian persediaan, perusahaan harus memperhatikan ketentuan PSAK Persediaan terbaru dan melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam laporan keuangan. Hal ini akan memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan akurat dan memenuhi standar akuntansi keuangan yang berlaku.

Selain itu, PSAK Persediaan juga menetapkan ketentuan mengenai pengakuan pendapatan dari penjualan persediaan. Perusahaan harus memperhatikan prinsip matching concept, yaitu pendapatan harus diakui pada saat persediaan dijual atau saat jasa dilakukan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tidak boleh mengakui pendapatan dari penjualan persediaan sebelum persediaan tersebut benar-benar terjual atau dikirimkan kepada pembeli.

Dalam hal terdapat persediaan yang terjual dengan harga di bawah biaya perolehan, perusahaan harus mengakui kerugian atas penjualan tersebut dalam laporan laba rugi. Kerugian atas penjualan persediaan harus dihitung sebagai selisih antara harga jual dan biaya perolehan persediaan. Selisih tersebut harus diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi dan tidak boleh diakui sebagai penyesuaian nilai persediaan.

Perusahaan juga harus memperhatikan ketentuan mengenai pengakuan diskon dan potongan harga dalam penjualan persediaan. Diskon dan potongan harga harus diakui sebagai pengurang pendapatan dari penjualan persediaan dan harus diakui pada saat persediaan dijual atau saat jasa dilakukan.

Terakhir, PSAK Persediaan juga mengatur tentang pengakuan biaya persediaan yang terkait dengan pengiriman atau penerimaan persediaan. Biaya pengiriman atau penerimaan persediaan harus diakui sebagai biaya pada saat persediaan diterima atau dikirimkan. Biaya pengiriman atau penerimaan persediaan dapat termasuk biaya pengangkutan, biaya asuransi, dan biaya pengolahan dokumen terkait pengiriman atau penerimaan persediaan.

Dalam kesimpulannya, PSAK Persediaan memberikan pedoman dan ketentuan mengenai pengakuan, pengukuran, dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Perusahaan harus memperhatikan ketentuan PSAK Persediaan secara cermat dan mengadopsi metode yang konsisten dalam penghitungan dan pengakuan persediaan. Dengan melakukan hal ini, perusahaan dapat memastikan bahwa laporan keuangan yang disajikan akurat dan dapat dipercaya serta memenuhi standar akuntansi keuangan yang berlaku.

REFERENSI

PSAK No. 14 (Revisi 2008) mengenai Persediaan

“Intermediate Accounting” karya Kieso, Weygandt, dan Warfield

“Financial Accounting” karya Libby dan Short

“Principles of Accounting” karya Needles, Powers, dan Crosson

Jurnal akuntansi terkait PSAK Persediaan: “Journal of Accounting Research”, “The Accounting Review”, dan “Contemporary Accounting Research”.

Anda mungkin juga berminat
Comments
Loading...